Kali ini, saya akan menceritakan kisah pendakian akhir tahun 2016 lalu, ke gununug raung. Gak nyangka sih di ajakin ke gunung ini. Rencana awal itu ke gunung semeru, tapi di karenakan pertimbangan banyak hal akhirnya putar haluan ke gunung raung.
Formasi awal yang ikut ke gunung raung : saya, toloy, adit, richi. Tapi satu personil yaitu si richi gagal ikut, padahal sudah pesan tiket kereta. Akhirnya posisi richi di ganti oleh akhir. Untungnya tiket kereta masih tersedia.
Oh iya, ada cerita lucu sekaligus menyebalkan. Jadi ceritanya toloy dan richi ini masih ragu dengan tanggalnya, karena urusan kampus mereka masih belum selesai. Alhasil saya yang berencana memesan tiket dari jauh-jauh hari pun harus menunda. Seminggu kemudian mereka langsung menghubungi saya untuk memesan tiket. Ketika saya sedang berada di dieng, yampun... kenapa gak mereka aja sih yang pesan :”).
Lalu pas saya cek, ternyata jakarta - surabaya, jakarta - malang, jakarta - jogja sudah habis. Akhirnya saya coba alternatif jakarta - purwokerto (itupun sisa yang KA Serayu, yang rutenya sepanjang jalan kenangan), purwokerto - surabaya, surabaya - kali baru. Duh perjalanan yang sangat melelahkan :”). tapi di nikmati aja hahaha.
Untungnya selama di purwokerto dan surabaya serta banyuwangi kami di tampung oleh teman dan junior kampusnya si toloy. Lumayan kan jadi gak terlatar banget :”).
Singkat cerita nih ya, saya sudah tiba di basecamp cak hilmi. Kebetulan saya pakai TO Repri Adventure dengan harga Rp. 550.000 / orang sudah termasuk ojek basecamp-pos 1 (pp), tenda kapasitas 4 orang, guide dan peralatan seperti webbing, harness, helm.
Setelah kami packing ulang, kami segera meluncur ke pos 1 menggunakan ojek, jujur saya pikir jaraknya itu dekat, tapi ternyata lumayan jauh, gak kebayang sih kalau jalan kaki :”) .
Sesampainya di pos 1, kami harus menunggu si akhir, katanya dia sakit perut. Dan akhirnya dia mencari semak-semak untuk yaa, kalian tau lah kan :”D . agak lumayan lama sih, kami foto-foto dan ngobrol-ngobrol sejenak dengan bapak ojek yang sudah mengantar kami tadi.
Tak lama akhir keluar dari sela-sela kebun kopi, sambil tersenyum lebar “duh, lega….”.
Entah apa memang fisik saya yang kurang fit ya, tapi baru jalan setengah jalan dari pos 1 saja rasanya sudah lelah sekali. Memang sih kondisi saya waktu itu sedang sakit dan sedang haid. Bawa air 4 liter tuh rasanya, punggung mau copot, rasanya mau saya lempar carrier 50 L ini.
Untungnya pepohonan lumayan lebat dan rindang, jadi sinar matahari tak terlalu menyengat.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pos 2. pos 3 sudah kami lalui, hingga akhirnya tiba di pos 4. akhirnya kami memutuskan untuk berkemah di sini. Di karenakan sudah sore dan gerimis mulai turun. Lagi pula di gunung raung itu dilarang mendaki saat malam hari, kata guide saya sih masih banyak hewan buasnya.
Saya tak bisa tidur semalaman, angin kencang di luar, membuat saya was-was. Alhasil saya hanya berhasil memejamkan mata sesaat ketika subuh.
Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan ke camp 7, sekitar jam 3 sore kami sudah tiba di camp 7. kami segera mendirikan tenda di tempat yang agak terpencil. Maklum suasana di camp 7 lumayan ramai saat itu. Kemudian setelah makan, kami segera berjalan-jalan di sekitar pos 7 sembari melihat sunset yang indah.
Sekitar jam 3 pagi, kami bersiap-siap untuk summit attack, daypack berisi makanan dan air sudah kami persiapkan, helm kami pakai, headlamp juga sudah kami pakai. Dan kami mulai mendaki menuju puncak, duh deg-degan rasanya :”D. kebetulan kami semua takut ketinggian, kecuali guidenya.
Jam setengah 6 pagi kami tiba di puncak bendera, sarapan sejenak, dan memasang harness serta berdoa. Sejenak saya menikmati sunrise dari pos bendera, ternyata masya Allah… indahnya. Semeru, argopuro, selat bali, pulau bali terlihat dari sini. Lautan awannya juga indah sekali. Betah saya disini.
Sebelumnya kami briefing sesaat sebelum mulai pendakian. Saya berjalan di depan, setelah guide. Saat ada tanjakan yang lumayan tinggi. Saya bingung, karena kaki saya tak mampu mencapai pijakan yang ada. Maklum saya kurang tinggi, malah tergolong pendek. Akhirnya teman saya membantu dengan merelakan telapak tangannya saya pijak. Hahaha.
Kemudian kami melanjutkan perjalan, kini trek yang kami lalui mengharuskan kami untuk rappelling. Liat ke bawah jurang menganga, lemas kaki saya. Yang pertama turun adit, yang kedua saya, ketiga akhir, keempat toloy dan yang terakhir guide kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke puncak sejati. Jujur ya, sepertinya perjalanna yang paling berat itu ya perjalanan melewati tanjakan batu dan kerikil menuju puncak sejati. Rasanya berat sekali, badan sudah lemas, haus, kerikil dan batu gampang jatuh, khawatir terkena teman yang berada di belakang, ditambah matahari yang terik.
Tapi, ketika guide kami berteriak dari atas, hey ayoo sini, puncak sejati nih….! wah saya langsung semangat lagi, langsung ngebut nanjaknya. Hahaha. Pas saya tiba di puncak sejati… ya Allah, mau nangis rasanya… ngeri-ngeri sedap puncak gunung ini ternyata. Walaupun puncaknya nampak angkuh tapi cantik. Pokoknya wow banget lah petualangan ke raung ini ! gak nyesel, malah rindu !!!.


No comments:
Post a Comment
halo :D