Thursday, February 15, 2018

#WISHLIST Pendakian 2018

Bagi yang hobi naik gunung pasti kalian punya wishlist dong, gunung-gunung apa saja yang ingin kalian daki ?. nah untuk 2018 ini saya punya wishlist juga nih...  ya walau salah satu aja yang kesampaian gpp deh hehehe mungkin di tahun berikutnya bisa tercapai kan... :)

1. Rinjani
2. Argopuro
3. Tambora
4. Kerinci
5. Salak
6. Arjuno-welirang
7. Gede-pangrango
8. Binaiya
9. Latimojong
10. Dempo
11. Merapi
12. Inerie
13. Marapi 

udah segitu dulu aja... hehehe, semoga aja salah satu dari daftar itu ada yang tercapai tahun ini, aamin :") .




Tertanda, 
Gadis penggemar kabut.

Wednesday, February 14, 2018

Meraung di Bulan Desember !

Kali ini, saya akan menceritakan kisah pendakian akhir tahun 2016 lalu, ke gununug raung. Gak nyangka sih di ajakin ke gunung ini. Rencana awal itu ke gunung semeru, tapi di karenakan pertimbangan banyak hal akhirnya putar haluan ke gunung raung.
Formasi awal yang ikut ke gunung raung : saya, toloy, adit, richi. Tapi satu personil yaitu si richi gagal ikut, padahal sudah pesan tiket kereta. Akhirnya posisi richi di ganti oleh akhir. Untungnya tiket kereta masih tersedia.

Oh iya, ada cerita lucu sekaligus menyebalkan. Jadi ceritanya toloy dan richi ini masih ragu dengan tanggalnya, karena urusan kampus mereka masih belum selesai. Alhasil saya yang berencana memesan tiket dari jauh-jauh hari pun harus menunda. Seminggu kemudian mereka langsung menghubungi saya untuk memesan tiket. Ketika saya sedang berada di dieng, yampun... kenapa gak mereka aja sih yang pesan :”).

Lalu pas saya cek, ternyata jakarta - surabaya, jakarta - malang, jakarta - jogja sudah habis. Akhirnya saya coba alternatif jakarta - purwokerto (itupun sisa yang KA Serayu, yang rutenya sepanjang jalan kenangan), purwokerto - surabaya, surabaya - kali baru. Duh perjalanan yang sangat melelahkan :”). tapi di nikmati aja hahaha.
Untungnya selama di purwokerto dan surabaya serta banyuwangi kami di tampung oleh teman dan junior kampusnya si toloy. Lumayan kan jadi gak terlatar banget :”).



Singkat cerita nih ya, saya sudah tiba di basecamp cak hilmi. Kebetulan saya pakai TO Repri Adventure dengan harga Rp. 550.000 / orang sudah termasuk ojek basecamp-pos 1 (pp), tenda kapasitas 4 orang, guide dan peralatan seperti webbing, harness, helm.
Setelah kami packing ulang, kami segera meluncur ke pos 1 menggunakan ojek, jujur saya pikir jaraknya itu dekat, tapi ternyata lumayan jauh, gak kebayang sih kalau jalan kaki :”) .
Sesampainya di pos 1, kami harus menunggu si akhir, katanya dia sakit perut. Dan akhirnya dia mencari semak-semak untuk yaa, kalian tau lah kan :”D . agak lumayan lama sih, kami foto-foto dan ngobrol-ngobrol sejenak dengan bapak ojek yang sudah mengantar kami tadi.
Tak lama akhir keluar dari sela-sela kebun kopi, sambil tersenyum lebar “duh, lega….”.


Entah apa memang fisik saya yang kurang fit ya, tapi baru jalan setengah jalan dari pos 1 saja rasanya sudah lelah sekali. Memang sih kondisi saya waktu itu sedang sakit dan sedang haid. Bawa air  4 liter tuh rasanya, punggung mau copot, rasanya mau saya lempar carrier 50 L ini.
Untungnya pepohonan lumayan lebat dan rindang, jadi sinar matahari tak terlalu menyengat.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pos 2. pos 3 sudah kami lalui, hingga akhirnya tiba di pos 4. akhirnya kami memutuskan untuk berkemah di sini. Di karenakan sudah sore dan gerimis mulai turun. Lagi pula di gunung raung itu dilarang mendaki saat malam hari, kata guide saya sih masih banyak hewan buasnya.
Saya tak bisa tidur semalaman, angin kencang di luar, membuat saya was-was. Alhasil saya hanya berhasil memejamkan mata sesaat ketika subuh.

Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan ke camp 7, sekitar jam 3 sore kami sudah tiba di camp 7. kami segera mendirikan tenda di tempat yang agak terpencil. Maklum suasana di camp 7 lumayan ramai saat itu. Kemudian setelah makan, kami segera berjalan-jalan di sekitar pos 7 sembari melihat sunset yang indah.



Sekitar jam 3 pagi, kami bersiap-siap untuk summit attack, daypack berisi makanan dan air sudah kami persiapkan, helm kami pakai, headlamp juga sudah kami pakai. Dan kami mulai mendaki menuju puncak, duh deg-degan rasanya :”D. kebetulan kami semua takut ketinggian, kecuali guidenya.
Jam setengah 6 pagi kami tiba di puncak bendera, sarapan sejenak, dan memasang harness serta berdoa. Sejenak saya menikmati sunrise dari pos bendera, ternyata masya Allah… indahnya. Semeru, argopuro, selat bali, pulau bali terlihat dari sini. Lautan awannya juga indah sekali. Betah saya disini.



Sebelumnya kami briefing sesaat sebelum mulai pendakian. Saya berjalan di depan, setelah guide. Saat ada tanjakan yang lumayan tinggi. Saya bingung, karena kaki saya tak mampu mencapai pijakan yang ada. Maklum saya kurang tinggi, malah tergolong pendek. Akhirnya teman saya membantu dengan merelakan telapak tangannya saya pijak. Hahaha.


Kemudian kami melanjutkan perjalan, kini trek yang kami lalui mengharuskan kami untuk rappelling. Liat ke bawah jurang menganga, lemas kaki saya. Yang pertama turun adit, yang kedua saya, ketiga akhir, keempat toloy dan yang terakhir guide kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke puncak sejati. Jujur ya, sepertinya perjalanna yang paling berat itu ya perjalanan melewati tanjakan batu dan kerikil menuju puncak sejati. Rasanya berat sekali, badan sudah lemas, haus, kerikil dan batu gampang jatuh, khawatir terkena teman yang berada di belakang, ditambah matahari yang terik.



Tapi, ketika guide kami berteriak dari atas, hey ayoo sini, puncak sejati nih….! wah saya langsung semangat lagi, langsung ngebut nanjaknya. Hahaha. Pas saya tiba di puncak sejati… ya Allah, mau nangis rasanya… ngeri-ngeri sedap puncak gunung ini ternyata. Walaupun puncaknya nampak angkuh tapi cantik. Pokoknya wow banget lah petualangan ke raung ini ! gak nyesel, malah rindu !!!.





Tuesday, February 13, 2018

Pendakian Panjang Kencana

Kencana, sebuah perjalanan panjang.

Sekitar jam setengah 9 malam saya dan dinda berangkat dari stasiun kranji menuju stasiun bogor. Agenda singkat kami kali ini dalam rangka mencicipi gunung kencana yang letaknya di puncak, bogor.
Tim pendakian singkat nan santai kali ini beranggotakan 4 orang. Yaitu, saya (icha), dinda, fajar dan gilang.
Jauh-jauh hari sebelum pendakian saya dan dinda memang sudah berunding mengenai jalur mana yang akan kami lalui. Ada jalur telaga warna dan tugu puncak / kampung arab. Dari hasil tanya-tanya sama orang dan hasil baca blog orang. Kami memutuskan untuk lewat tugu puncak / kampung arab. Karena katanya lebih cepat menuju basecamp.
Singkat cerita, saya dan dinda sudah tiba di stasiun bogor jam setengah 12 malam. Awalnya saya dan dinda berencana menunggu di stasiun bogor sampai subuh. Tapi setelah saya konsultasi tentang dunia perangkotan dengan angga, salah satu teman saya yang berdomisili di bogor. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke tugu puncak malam itu juga.
Dari stasiun bogor kami naik angkot langsung ke ciawi, memang agak mahal sih tapi ya sudahlah dari pada ngetem lama kan. Rencananya saya dan dinda juga ingin numpang istirahat di tempat menginap fajar dan gilang. Nah disini kejadian seru pertama terjadi. Ketika saya dan dinda naik angkot ciawi-tugu puncak, ternyata abang angkotnya hobi ngelawak dan baik hati parah. Hahaha.
Coba deh bayangin, saya sama dinda di temenin nunggu sampai subuh di dalam angkot, ngobrol-ngobrol. Dan topik pembicaraan yang paling seru ketika ngebahas arab-arab puncak dan fenomena kawin kontrak. Dari ngobrolin kawin kontrak, sampai saya dan dinda ikut abang angkotnya nyuci angkot pinggir jalan.sampai akhirnya abang angkotnya ngasih saya nomor kontaknya, katanya kalau mau pulang sms aja, nanti di jemput di anterin sampai stasiun bogor. Wih asik kan hahah. Dan yang gue suka dari abnag angkot ini, orangnya jujur banget. Udah di tungguin dari jam 2 sampai jam 4 subuh, dia bilang ongkosnya 7000 aja, saya sama dinda gak tega lah, yaudah kita kasih 50.000. coba kalo yang iseng mah pasti di mahalin.
******************************************************************************************************************
Saya dan dinda terombang ambing di depan alfamart tugu puncak. Menunggu kabar dari fajar yang sepertinya masih tidur. Akhirnya setelah sholat subuh di teras alfamart. Saya dan dinda memutuskan untuk mencari fajar dan gilang. Entah mereka berada di penginapan mana, yang penting kami jalan.
Tak lama kami berjalan, fajar dan gilang tiba. Langsung saja fajar mengantar gilang mencari sarapan setelah itu mengantar saya dan dinda ke basecmap. Kami kira jaraknya dekat, ternyata sepanjang jalan kenangan, jauh tak berujung. Nanjak-turun-nanjak-turun tak habis-habis. Di tambah lagi jalannya rusak. Akhirnya dari pada saya turun naik motor terus lebih baik saya jalan kaki sendirian sambil menikmati sunyinya vila-vila kosong di puncak. Agak seram sih, takutnya bukan sama hantu, tapi takut manusia iseng. Maklum lah perempuan jalan sendirian di jalan sepi, pohon tinggi-tinggi kan. Alhamdulillah gak erjadi apa-apa.

Setelah memasuki kebun teh, fajar memutuskan untuk berjalan kaki juga sambil membawa carrier saya dan memakai helm, hahaha safety first gitu ceritanya. Sedangkan dinda naik motor duluan sampai di pertigaan kebun teh, sepi tak ada manusia lewat. Sekitar jam 8 nan kami tiba di tempat dinda menunggu. Fajar kembali ke tugu puncak menjemput gilang dan ke basecamp lewat telaga warna. Jadi, ya saya dan dinda berduaan melanjutkan perjalanan yang panjang ini.
Sebelum melanjutkan perjalanan saya dan dinda memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu dengan bekal yang saya bawa. Kemudian kami tidur sebentar di pinggir jalan. Hahaha sedih tapi seru sih. Kami terbangun karena suara motor lewat. Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp. Di karenakan minimnya papan penunjuk jalan, sayapun harus rajin-rajin bertanya pada penduduk sekitar.
Ada kejadian lucu ke dua ketika kami melewati sekumpulan petani teh yang sedang beristirahat setelah panen. Kami di gonggongin segerombolan anjing yang ikut bersitirahat disana. Saya dan dinda sudah ketakutan, terlebih lagi dinda. Petani teh yang melihat kami pun tertawa, sembari menolong kami dengan mengusir segerombolan anjing yang mengonggongi kami.
******************************************************************************************************************
Jalan ke basecamp katanya sih sudah dekat. Iya lumayan dekat lah ternyata, tak ada tanda-tanda fajar dan gilang di pertigaan. Firasat saya sih mereka berdua sudah tiba di basecamp sambil makan mie atau minum kopi. Dinda sudah kelelahan, maklum dinda itu gampang lelah. Tapi untuk jarak yang kami tempuh tadi sambil membawa carrier, saya salut dengan dia. Kuat juga ternyata.
Kami berdua terus berjalan, sampai bertemu sebuah gubuk peristirahatan. Saya lanjut jalan dan dinda memutuskan untuk beristirahat. saya bertemu dua orang pendaki, duh bahagia sekali rasanya liat pendaki lain di trek ini. Saya terus berjalan sampai lupa dengan dinda yang masih beristirahat di bawah.
Saya memutuskan untuk berteduh di pinggir jalan, di bawah pohon teh. Lumayan lah setidaknya wajah saya tak terpapar matahari. Sejam kurang saya menunggu. Dinda tak kunjung datang, kekhawatiran saya meningkat. Saya pikir dinda pingsan, saya langsung bergegas kebawah. Carrier saya letakkan di dekat sebuah batu dan saya berlari ke bawah. Sudah lelah-lelah lari dan menahan sakit di telapak kaki karena berlari di atas jalan berbatu. Saya melihat dinda, fajar dan gilang sedang asik merokok di sebuah gubuk.
Saya hanya tersenyum kelelahan, mau terbang rasanya ke basecamp. Kaki saya mau copot rasanya. Akhirnya saya kembali mengambi carrier dan kembali melanjutkan perjalanan ke basecamp. Disusul dengan fajar dan gilang. Sedangkan dinda sendirian naik motor menuju basecamp. Mau nitip carrier rasanyaaaaa :”)

 ****************************************************************************************************************
Setelah 20 menit berjalan, agak sedikit ngebut ceritanya. Akhirnya kami sampai di tempat penitipan motor, dinda sudah duduk manis di dalam. Saya, fajar dan ogi langsung duduk di kursi kayu. Memesan minuman dan membeli keperluan logistik yang kurang di warung. Kami memutudkan untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp. Untungnya jarak dari penitipan motor ke basecamp tidak terlalu jauh, ya lumayan lah 15 menit.
Setibanya di basecamp, lagi-lagi kami bersitirahat sejenak, hahaha banyak istirahatnya ya, maklumin aja lah udah berumur semua soalnya, gampang lelah.
Setelah puas beristirahat, kami segera registrasi di loket, kemudian kami duduk di depan tanjakan sambalado. Tanjakan berupa tanah yang sudah di sanggah oleh kayu-kayu sehingga membentuk anak tangga yang menjulang tinggi dan cukup curam. Huh, baru jalan jauh sudah di sambut tanjakan sambalado ini. Baiklah saatnya kita mulai pendakian yang sesunguhnya.

Melewati tanjakan sambalado cukup membuat nafas ngos-ngosan. Saya kita tanjakannya hanya tanjakan sambalado saja. Ternyata… masih ada beberapa, memang tak sepanjang sambalado sih tapi lumayan tinggi jaraknya. Selebihnya treknya sih masih tergolong santai.
Sekitar 1,5 jam saya dan gilang tiba terlebih dahulu di puncak kencana. Untungnya pas kami tiba keadaan di atas masih sepi. Jadi kami bebas memilih tempat yang pas untuk camping. Saya memasang hammock terlebih dahulu sembari menunggu dinda dan fajar. 30 menit kemudian dinda dan fajar tiba. Kami langung memasang tenda dan membuat makan siang eh makan sore deh :D.

Sore hingga malam hujan turun dengan intensitas sedang, rencana saya yang ingin melihat bintang-bintang pun sirna, akhirnya malam hari kami hanya bermain ludo king ber 4 di dalam tenda. Katanya sih tengah malam sempat cerah, tapi apa daya saya sudah terlelap tidur hingga subuh :”). yasudahlah mungkin musim panas saya bisa kesini lagi untuk melihat bintang-bintang. Aamiin…

*************************************************************************************************************
Baiklah, keesokan paginya kami segera membuat sarapan, menghabiskan stok logistik, ya memang mie doang sih logistik kami hahaha :D. setelah sarapan, kami segera membereskan cooking set, mengumpulkan sampah dan packing. Kami siap turun. Singkat sekali ya liburan kali ini, sedih :”(.


Bayangan saya setibanya di tempat penitipan motor, saya bisa segera mandi karena badan ini sudah sangat lengket rasanya. Tetapi… sungguh kecewa. Dari beberapa kamar mandi yang tersedia, hanya 1 yang kerannya berfungsi. Alhasil jadi rebutan dengan rombongan lain, saya pun harus mengurungkan niat saya untuk mandi, jadi saya hanya sekedar cuci tangan, kaki, muka dan sikat gigi. Huh ! semoga saja kedepannya lebih baik lagi, aamiin.
Sehabis sholat dzuhur kami turun menuju telaga warna. Dinda dan fajar naik motor sambil membawa carrier kami. Sedangkan saya dan gilang jalan kaki (perjuangan banget ya hahaha). saat lagi asik-asiknya jalan, hujan turun lumayan deras. Saya dan gilang basah kuyub, kami berusaha mencari tempat berteduh tapi sia-sia, tak ada pohon yang rindang. Saya mau mencari daun pisang, tapi letak pohon pisangnya jauh. Saya dan gilang hanya bisa tertawa saja , iya mentertawakan nasib.
1 jam setengah kami jalan kaki, rasanya mau copot kaki saya, kami sudah kelelahan, kemudian sang angkot penyelamat datang. Kami memutuskan untuk naik angkot ke depan. Dengan ongkos 7000 kami tinggal duduk manis di angkot tanpa perlu bersusah payah. Kenapa angkot ini tak muncul dari tadi sih ? :”).
Akhirnya kami tiba di pintu masuk telaga warna. Dinda sudah menunggu, sedangkan fajar sedang menambal ban motornya yang bocor. Sesampainya kami langsung memesan teh hangat dan gorengan. Ya Allah… nikmatnya….
Perjalannya sih seru, tapi sayangnya waktunya terlalu singkat :”). coba saja kalau 3 hari 2 malam di gunung. Hahaha kelamaan gak sih ?

Monday, February 12, 2018

Teruntuk Orang Dewasa yang Berpura-pura Mencintai Hujan

Sudah 2 bulan ini hujan selalu setia mengunjungi bumi. menari disela ranting pohon, genting dan jendela. dulu, kehadiran hujan selalu di tunggu oleh anak-anak. mereka menunggu di depan jendela rumah masing-masing. 
ketika hujan mulai turun, mereka berlari menerobos pintu rumah, lari kejalanan. berlari bersama-sama di bawah hujan, pergi ke lapangan bola terdekat, kemudian bergembira bersama.
tak peduli ibu mereka berteriak untuk tidak bermain hujan-hujanan.
jiwa mereka liar, bebas dan bahagia. mereka selalu mencintai hujan, tanpa pernah mengucapkannya.

Setelah dewasa, mereka mengucapkan bahwa mereka selalu mencintai hujan. tapi nyatanya, setiap hujan turun ke bumi, orang dewasa yang mengaku mencintai hujan itu selalu berlari mencari tempat berteduh, seakan tak ingin bersentuhan dengan hujan. padahal hujan hanya ingin bernostalgia dengan mereka, hujan hanya ingin mengenang masa-masa indahnya dengan anak-anak yang telah tumbuh dewasa itu.
Hujan semakin sedih, tangisnya semakin deras. tapi lagi-lagi mereka tak dapat membaca perasaan hujan. mereka malah menghujatnya, dan bahkan menyalahkannya. mereka tak lagi mencintai hujan.
.

.
Bekasi, 11/02/2018
Annisa fitri.