Kencana, sebuah perjalanan panjang.
Sekitar jam setengah 9 malam saya dan dinda berangkat dari stasiun kranji menuju stasiun bogor. Agenda singkat kami kali ini dalam rangka mencicipi gunung kencana yang letaknya di puncak, bogor.
Tim pendakian singkat nan santai kali ini beranggotakan 4 orang. Yaitu, saya (icha), dinda, fajar dan gilang.
Jauh-jauh hari sebelum pendakian saya dan dinda memang sudah berunding mengenai jalur mana yang akan kami lalui. Ada jalur telaga warna dan tugu puncak / kampung arab. Dari hasil tanya-tanya sama orang dan hasil baca blog orang. Kami memutuskan untuk lewat tugu puncak / kampung arab. Karena katanya lebih cepat menuju basecamp.
Singkat cerita, saya dan dinda sudah tiba di stasiun bogor jam setengah 12 malam. Awalnya saya dan dinda berencana menunggu di stasiun bogor sampai subuh. Tapi setelah saya konsultasi tentang dunia perangkotan dengan angga, salah satu teman saya yang berdomisili di bogor. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke tugu puncak malam itu juga.
Dari stasiun bogor kami naik angkot langsung ke ciawi, memang agak mahal sih tapi ya sudahlah dari pada ngetem lama kan. Rencananya saya dan dinda juga ingin numpang istirahat di tempat menginap fajar dan gilang. Nah disini kejadian seru pertama terjadi. Ketika saya dan dinda naik angkot ciawi-tugu puncak, ternyata abang angkotnya hobi ngelawak dan baik hati parah. Hahaha.
Coba deh bayangin, saya sama dinda di temenin nunggu sampai subuh di dalam angkot, ngobrol-ngobrol. Dan topik pembicaraan yang paling seru ketika ngebahas arab-arab puncak dan fenomena kawin kontrak. Dari ngobrolin kawin kontrak, sampai saya dan dinda ikut abang angkotnya nyuci angkot pinggir jalan.sampai akhirnya abang angkotnya ngasih saya nomor kontaknya, katanya kalau mau pulang sms aja, nanti di jemput di anterin sampai stasiun bogor. Wih asik kan hahah. Dan yang gue suka dari abnag angkot ini, orangnya jujur banget. Udah di tungguin dari jam 2 sampai jam 4 subuh, dia bilang ongkosnya 7000 aja, saya sama dinda gak tega lah, yaudah kita kasih 50.000. coba kalo yang iseng mah pasti di mahalin.
******************************************************************************************************************
Saya dan dinda terombang ambing di depan alfamart tugu puncak. Menunggu kabar dari fajar yang sepertinya masih tidur. Akhirnya setelah sholat subuh di teras alfamart. Saya dan dinda memutuskan untuk mencari fajar dan gilang. Entah mereka berada di penginapan mana, yang penting kami jalan.
Tak lama kami berjalan, fajar dan gilang tiba. Langsung saja fajar mengantar gilang mencari sarapan setelah itu mengantar saya dan dinda ke basecmap. Kami kira jaraknya dekat, ternyata sepanjang jalan kenangan, jauh tak berujung. Nanjak-turun-nanjak-turun tak habis-habis. Di tambah lagi jalannya rusak. Akhirnya dari pada saya turun naik motor terus lebih baik saya jalan kaki sendirian sambil menikmati sunyinya vila-vila kosong di puncak. Agak seram sih, takutnya bukan sama hantu, tapi takut manusia iseng. Maklum lah perempuan jalan sendirian di jalan sepi, pohon tinggi-tinggi kan. Alhamdulillah gak erjadi apa-apa.
Setelah memasuki kebun teh, fajar memutuskan untuk berjalan kaki juga sambil membawa carrier saya dan memakai helm, hahaha safety first gitu ceritanya. Sedangkan dinda naik motor duluan sampai di pertigaan kebun teh, sepi tak ada manusia lewat. Sekitar jam 8 nan kami tiba di tempat dinda menunggu. Fajar kembali ke tugu puncak menjemput gilang dan ke basecamp lewat telaga warna. Jadi, ya saya dan dinda berduaan melanjutkan perjalanan yang panjang ini.
Sebelum melanjutkan perjalanan saya dan dinda memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu dengan bekal yang saya bawa. Kemudian kami tidur sebentar di pinggir jalan. Hahaha sedih tapi seru sih. Kami terbangun karena suara motor lewat. Setelah cukup beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp. Di karenakan minimnya papan penunjuk jalan, sayapun harus rajin-rajin bertanya pada penduduk sekitar.
Ada kejadian lucu ke dua ketika kami melewati sekumpulan petani teh yang sedang beristirahat setelah panen. Kami di gonggongin segerombolan anjing yang ikut bersitirahat disana. Saya dan dinda sudah ketakutan, terlebih lagi dinda. Petani teh yang melihat kami pun tertawa, sembari menolong kami dengan mengusir segerombolan anjing yang mengonggongi kami.
******************************************************************************************************************
Jalan ke basecamp katanya sih sudah dekat. Iya lumayan dekat lah ternyata, tak ada tanda-tanda fajar dan gilang di pertigaan. Firasat saya sih mereka berdua sudah tiba di basecamp sambil makan mie atau minum kopi. Dinda sudah kelelahan, maklum dinda itu gampang lelah. Tapi untuk jarak yang kami tempuh tadi sambil membawa carrier, saya salut dengan dia. Kuat juga ternyata.
Kami berdua terus berjalan, sampai bertemu sebuah gubuk peristirahatan. Saya lanjut jalan dan dinda memutuskan untuk beristirahat. saya bertemu dua orang pendaki, duh bahagia sekali rasanya liat pendaki lain di trek ini. Saya terus berjalan sampai lupa dengan dinda yang masih beristirahat di bawah.
Saya memutuskan untuk berteduh di pinggir jalan, di bawah pohon teh. Lumayan lah setidaknya wajah saya tak terpapar matahari. Sejam kurang saya menunggu. Dinda tak kunjung datang, kekhawatiran saya meningkat. Saya pikir dinda pingsan, saya langsung bergegas kebawah. Carrier saya letakkan di dekat sebuah batu dan saya berlari ke bawah. Sudah lelah-lelah lari dan menahan sakit di telapak kaki karena berlari di atas jalan berbatu. Saya melihat dinda, fajar dan gilang sedang asik merokok di sebuah gubuk.
Saya hanya tersenyum kelelahan, mau terbang rasanya ke basecamp. Kaki saya mau copot rasanya. Akhirnya saya kembali mengambi carrier dan kembali melanjutkan perjalanan ke basecamp. Disusul dengan fajar dan gilang. Sedangkan dinda sendirian naik motor menuju basecamp. Mau nitip carrier rasanyaaaaa :”)
****************************************************************************************************************
Setelah 20 menit berjalan, agak sedikit ngebut ceritanya. Akhirnya kami sampai di tempat penitipan motor, dinda sudah duduk manis di dalam. Saya, fajar dan ogi langsung duduk di kursi kayu. Memesan minuman dan membeli keperluan logistik yang kurang di warung. Kami memutudkan untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp. Untungnya jarak dari penitipan motor ke basecamp tidak terlalu jauh, ya lumayan lah 15 menit.
Setibanya di basecamp, lagi-lagi kami bersitirahat sejenak, hahaha banyak istirahatnya ya, maklumin aja lah udah berumur semua soalnya, gampang lelah.
Setelah puas beristirahat, kami segera registrasi di loket, kemudian kami duduk di depan tanjakan sambalado. Tanjakan berupa tanah yang sudah di sanggah oleh kayu-kayu sehingga membentuk anak tangga yang menjulang tinggi dan cukup curam. Huh, baru jalan jauh sudah di sambut tanjakan sambalado ini. Baiklah saatnya kita mulai pendakian yang sesunguhnya.
Melewati tanjakan sambalado cukup membuat nafas ngos-ngosan. Saya kita tanjakannya hanya tanjakan sambalado saja. Ternyata… masih ada beberapa, memang tak sepanjang sambalado sih tapi lumayan tinggi jaraknya. Selebihnya treknya sih masih tergolong santai.
Sekitar 1,5 jam saya dan gilang tiba terlebih dahulu di puncak kencana. Untungnya pas kami tiba keadaan di atas masih sepi. Jadi kami bebas memilih tempat yang pas untuk camping. Saya memasang hammock terlebih dahulu sembari menunggu dinda dan fajar. 30 menit kemudian dinda dan fajar tiba. Kami langung memasang tenda dan membuat makan siang eh makan sore deh :D.
Sore hingga malam hujan turun dengan intensitas sedang, rencana saya yang ingin melihat bintang-bintang pun sirna, akhirnya malam hari kami hanya bermain ludo king ber 4 di dalam tenda. Katanya sih tengah malam sempat cerah, tapi apa daya saya sudah terlelap tidur hingga subuh :”). yasudahlah mungkin musim panas saya bisa kesini lagi untuk melihat bintang-bintang. Aamiin…
*************************************************************************************************************
Baiklah, keesokan paginya kami segera membuat sarapan, menghabiskan stok logistik, ya memang mie doang sih logistik kami hahaha :D. setelah sarapan, kami segera membereskan cooking set, mengumpulkan sampah dan packing. Kami siap turun. Singkat sekali ya liburan kali ini, sedih :”(.
Bayangan saya setibanya di tempat penitipan motor, saya bisa segera mandi karena badan ini sudah sangat lengket rasanya. Tetapi… sungguh kecewa. Dari beberapa kamar mandi yang tersedia, hanya 1 yang kerannya berfungsi. Alhasil jadi rebutan dengan rombongan lain, saya pun harus mengurungkan niat saya untuk mandi, jadi saya hanya sekedar cuci tangan, kaki, muka dan sikat gigi. Huh ! semoga saja kedepannya lebih baik lagi, aamiin.
Sehabis sholat dzuhur kami turun menuju telaga warna. Dinda dan fajar naik motor sambil membawa carrier kami. Sedangkan saya dan gilang jalan kaki (perjuangan banget ya hahaha). saat lagi asik-asiknya jalan, hujan turun lumayan deras. Saya dan gilang basah kuyub, kami berusaha mencari tempat berteduh tapi sia-sia, tak ada pohon yang rindang. Saya mau mencari daun pisang, tapi letak pohon pisangnya jauh. Saya dan gilang hanya bisa tertawa saja , iya mentertawakan nasib.
1 jam setengah kami jalan kaki, rasanya mau copot kaki saya, kami sudah kelelahan, kemudian sang angkot penyelamat datang. Kami memutuskan untuk naik angkot ke depan. Dengan ongkos 7000 kami tinggal duduk manis di angkot tanpa perlu bersusah payah. Kenapa angkot ini tak muncul dari tadi sih ? :”).
Akhirnya kami tiba di pintu masuk telaga warna. Dinda sudah menunggu, sedangkan fajar sedang menambal ban motornya yang bocor. Sesampainya kami langsung memesan teh hangat dan gorengan. Ya Allah… nikmatnya….
Perjalannya sih seru, tapi sayangnya waktunya terlalu singkat :”). coba saja kalau 3 hari 2 malam di gunung. Hahaha kelamaan gak sih ?